bAHAN bELAJAR mANDIRI
5
Pendekatan dan Metode pembelajaran SENI RUPA
Oleh:
Bandi Sobandi
PENDAHULUAN
Dalam kontek
pembelajaran, selain dikenal dengan pendekatan dan model pembelajaran, juga
dikenal dengan metode pengajaran. Ketiga konsep tersebut memiliki kesamaan,
semua berfokus pada proses pembelajaran, proses belajar-mengajar, atau
interaksi belajar mengajar.Ruang lingkup ketiga konsep tersebut digambarkan
oleh Sukmadinata (2004: 267) bahwa:
Pendekatan pembelajaran
mempunyai lingkup yang lebih luas, melihat pembelajaran sebagai proses
belajar siswa yang sedang berkembang untuk mencapai tujuan perkembangannya.
Model pembelajaran lebih sempit dari pendekatan pembelajaran, melihat
pembelajaran sebagai desain atau rancangan belajar untuk mencapai tujuan-tujuan
belajar yang lebih spesifik. Metode pebelajaran lebih sempit lagi,
berfokus pada proses belajar mengajar untuk bahan ajaran dan tujuan pembelajaran tertentu yang lebih
terbatas.
Gambaran hubungan antara
pendekatan, model dan metode pembelajaran seperti di atas secara skematik
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.1
Hubungan
antara pendekatan, model dan metode pembelajaran
Peserta didik memiliki
sejumlah pengalaman artistik dalam menjalani kehidupannya. Sejumlah pengalaman
tersebut tentunya ada yang bisa diabadikan dan ada pula yang hanya berlalu saja
dalam ingatannya. Salah satu upaya yang dapat mereka lakukan untuk merekam
pengalaman tersebut adalah melalui kegiatan menggambar baik di dalam keluarga
maupun di sekolah.
Berdasarkan pengamatan kita, pada umumnya anak dalam mengekspresikan
pengalaman secara visual tersebut hanya menggambar “pemandangan” yang
berulang-ulang. Padahal mungkin mereka pernah ke kebun binatang, ke pasar, ke
tempat rekreasi, ke mall, dan
sebagainya. Selain itu pula mereka juga mungkin telah menyaksikan berbagai
rangkaian peristiwa atau benda yang dilihatnya. Kemudian siapakah yang salah
dan bagaimana agar para peserta didik memiliki kemampuan mengungkapkan kembali
keragaman pengalaman visual dan artistik tersebut ke dalam karya seni.
Sekelumit peristiwa di atas tentunya sering Anda jumpai dalam proses
pembelajaran pendidikan seni rupa. Dalam Bahan Belajar Mandiri 5 ini Anda akan
diajak untuk mempelajari pendekatan dan metode khusus dalam proses pembelajaran
seni rupa.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah
mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membedakan model pendekatan dalam
pengelolaan kelas yaitu: (1) pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan
(3) pendekatan demokratis;
2. Menjelaskan perbedaan model-model umum
pendekatan pembelajaran berdasarkan aspek psikologis;
3. Menguraikan pendekatan dalam segi proses
belajar (CBSA);
4.
Memberikan contoh penerapan
pendekatan inspiratif dalam pembelajaran
seni rupa;
5. Menggambarkan secara skematik hubungan
penggunaan pendekatan dengan metode yang digunakan;
6. Menjelaskan manfaat metode mencontoh dalam
pembelajaran seni rupa;
7. Menguraikan perbedaan pelaksanaan metode
kerja kelompok paduan dan kumpulan
Kegiatan
Belajar 1
Pendekatan pembelajaran SENI RUPA
A. MEMILIH PENDEKATAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Memilih suatu pendekatan dalam pendidikan seni hendaknya
mengacu kepada misi dan tujuan pendidikan seni, karakteristik siswa, jenis dan
karakteristik bahan ajar, dan lingkungan belajar.
Misi
pendidikan seni yang utama adalah mengembangkan kepekaan rasa, dengan tujuan
agar terbentuk manusia yang memiliki kepribadian seimbang secara
jasmani-rohani, mental-spiritual, dan intelektual-emosional. Pelaksanaan
pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mempertimbangkan
bahwa pendidikan seni sebagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan
membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya pun harus sesuai dengan tujuan penciptaaan seni,
meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan pendidikan.
Jenis dan
karakteristik bahan ajar dapat dipilah-pilah antara bahan ajar seni
rupa/kerajinan yang bersifat teori, ada yang bersifat praktik pelatihan (drill)
penguasaan kecakapan teknis-motorik, ada yang mengembangkan kemampuan
berekspresi-kreatif, ada yang menekankan pengembangan apresiasi. Secara garis
besar, dapat pula dibedakan antara “belajar pemertahanan” (maintenance
learning) dan “belajar inovatif” (innovative learning) (Botkin,
1984).
Pendidikan Seni Rupa dapat mencakup
kognisi, apresiasi dan berkreasi. Kegiatan kognisi dan apresiasi memberi bekal
kepada anak untuk mengenal dan memahami pengetahuan kesenirupaan, seperti:
mengenal unsur-unsur dasar seni, prinsip-prinsip seni, fungsi seni, hubungan seni dengan kehidupan masyarakat.
Kegiatan kreasi dalam pelaksanaannya memberikan kebebasan berekspresi dan
memberikan saluran emosi serta memiliki
peran dalam mengembangkan mental-spiritual anak-anak. Kehadiran mata pelajaran
ini dipandang perlu agar terciptanya manusia Indonesia yang tidak hanya
dijejali dengan pengembangan logika saja, tapi aspek rasa (estetika) serta serta budi pekerti (etika) terintegrasi
dengan baik.
Pada dasarnya, jika kegiatan belajar itu
dilakukan di dalam kelas, maka prinsip-prinsip pengelolaan kelas tentulah
berlaku secara umum. Untuk memantapkan pemahaman, berikut ini akan diulas lagi
pendekatan yang relevan untuk pembelajaran seni rupa/kerajinan tangan, yang
membutuhkan ketekunan minat peserta didiknya.
Pemilihan pendekatan selain perlu
memperhitungkan tujuan belajar seperti tersebut di atas, juga perlu
memperhatikan sifat hasil karya yang akan dibuat atau dipelajari. Ada hasil
karya seni rupa/kerajinan tradisional yang
membutuhkan ketelitian dan ketekunan karena membuat bentuk-bentuk secara
berulang-ulang dan pula karya-karya seni rupa/kerajinan yang inovatif-kreatif
dengan mencoba melakukan inovasi dan modifikasi bahkan penciptaan karya
yang baru yang dipandang sebagai karya seni rupa modern.
Kecenderungan umum untuk melakukan
pembelajaran terhadap karya-karya tradisional daerah yang biasanya melanjutkan
kebiasaan lama seperti membuat hasil karya seni/kerajinan ukiran atau anyaman
sebagai warisan nenek moyang atau kerajinan lokal/etnis yang sudah berjalan
turun-temurun. Dalam proses pembuatan karya tersebut perlu mengetahui
aturan-aturuan yang digunakannya serta perlu memiliki ketekunan dan ketelitian
dalam proses pengerjaannya, namun sedikit aspek inovatif dan kreativitas yang
di latih. Sementara dalam pembelajaran seni rupa dan kerajinan tangan seperti pembuatan desain dan seni rupa modern
yang inovatif dan kreatif, kegiatan yang memanfaatkan temuan-temuan baru untuk
diolah dan disesuaikan dengan kondisi setempat atau melakukan penciptaan bentuk-bentuk baru.
1.
Pendekatan Umum dari
Aspek Manajerial
Tiga pendekatan yang dikenal, yaitu: (1)
pendekatan otoritatif, (2) pendekatan permisif dan (3) pendekatan demokratis
dapat dipilih untuk disesuaikan dengan kebutuhan belajar.
a.
Pendekatan Otoritatif
Pendekatan ini
menekankan pada disiplin dan penegakan kewibawaan. Cara ini penting untuk
melatih dan membina aspek kedisiplinan, ketelitian, prosedur/teknik pembuatan
karya tertentu. Ada kegiatan-kegiatan belajar dan aturan kerja yang
harus diikuti untuk mencapai sasaran tertentu. Pebelajar tidak bisa berlaku dan
bekerja seenaknya.
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan otoritatif dapat digabungkan dengan pendekatan kompetensi, misalnya untuk
pebelajar menghasilkan sejumlah barang dengan kualitas minimal tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Di pusat-pusat industri kerajinan misalnya, yang sudah
menghasilkan barang untuk diekspor perlu dilatih para calon pekerja melalui
sistem magang. Karena ketatnya persaingan dan aturan perdagangan (ada kendali
mutu dan perlu tepat waktu), maka disiplin kerja harus ditanamkan pemagang yang
kelak mungkin menjadi tenaga kerja di perusahaan tersebut. Dalam proses
pembelajaran kerajinan tangan, pendekatan otoritatif juga digunakan untuk pembelajaran yang
memerlukan disiplin penggunaan alat misalnya :
-
Menggunakan
dan memelihara alat-alat. Ada alat-alat harus dipelihara dan digunakan menurut
cara yang benar. Jika tidak, alat akan rusak atau membahayakan. Contoh:
bagaimana menggunakan gergaji dan ketam serta pahat, bagaimana menyimpannya.
-
Mencapai
penguasaan tertentu. Misalnya, setiap peserta didik harus bisa mencapai mutu
tertentu dalam kerapihan anyaman atau ukiran. Jika
belum dicapai harus dilatih berulang terus.
b.
Pendekatan Permisif
Jenis pendekatan
ini menekankan pada segi kebebasan penuh terhadap anak didik. Kebebasan
adalah hak setiap orang. Belajar itu sendiri berlangsung dalam diri
masing-masing, tak dapat dipaksakan. Hasil belajar dianggap akan optimal jika
sesuai dengan minat dan keinginan peserta didik. Oleh sebab itu, menurut
pandangan ini, jangan ada pengarahan-pengarahan atau petunjuk-petunjuk.
Pendekatan
permisif digunakan sewaktu-waktu untuk memberi kesempatan peserta didik
menciptakan bentuk baru atau mencoba bahan baku. Misalnya, pembelajaran
kerajinan membatik teknik ikat celup untuk siswa kelas Sekolah Dasar; setiap
siswa dibolehkan menciptakan sendiri bentuk-bentuk baru. Contoh lainnya, dalam
kegiatan menggambar ekspresi (menggambar bebas). Namun sesungguhnya pendekatan
permisif penuh jarang dilakukan, karena ada saja keharusan mentaati aturan kerja
atau ada saat-saat siswa perlu petunjuk instruktur.
c.
Pendekatan demokratis
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan
bahwa tiap orang memiliki hak untuk menyatakan pendapat. Berbeda dengan
pendekatan permisif, gagasan pendekatan demokratis tidak menghendaki kebebasan
penuh, sebab kebebasan seseorang harus juga memperhatikan kebebasan orang lain
dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendekatan demokratis lebih cocok digunakan
sebagai kebijakan umum, terutama jika mengingat bahwa peserta didik adalah
manusia dewasa yang sudah memiliki kesadaran diri dan kesadaran sebagai
warga negara. Setiap warga negara atau
peserta didik dapat mengajukan gagasannya dalam rangka memperbaiki mutu hasil
karya. Mereka hanya akan
senang belajar dalam suasana kondusif-demokratis. Peran guru dalam hal ini
sebagai fasilitator dan dinamisator.
2.
Pendekatan Umum dari
Aspek Psikologis
Proses
pembelajaran merupakan peristiwa yang kompleks yang melibatkan perasaan,
prilaku, dan interaksi sosial. Pendekatan umum dari aspek psikologis dikenal:
pendekatan iklim sosio emosional, pendekatan pengubahan tingkah laku dan
pendekatan proses kelompok.
a.
Pendekatan Iklim Sosio
Emosional
Model pendekatan ini mengutamakan
penyediaan iklim belajar yang kondusif, penerimaan peserta didik sebagaimana
adanya, serta menghargai perbedaan individual.
Guru dalam
memainkan peran dan tugasnya harus pandai menempatkan diri sebagai teman siswa.
Guru memang perlu terlibat merasakan pengalaman dan perasaan anak-anak dalam
proeses berkarya atau pembelajaran sehingga anak-anak tidak merasakan takut dan
segan melainkan mersa senang dan bersahabat dengan guru dalam memngikuti
prorses pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Selain itu pula guru juga
akan mudaah mengukur apakah beban tugas yang diberikan kepada siswa itu terlau
berat atau terlalu mudah. Hal ini dapat diperoleh dari keterlibatannya dengan
siswa.
b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku
Menekankan pada
pemikiran bahwa tingkah laku dapat diubah melalui cara-cara tertentu. Ada
beberapa kiat yang dianjurkan. Kiat utama yang dianggap efektif adalah:
penguatan (reinforcement). Prinsipnya, suatu perilaku atau prestasi yang
baik jika diberi penguat, baik material maupun non material (seperti hadiah
& penghargaan, kata-kata pujian, anggukan kepala) pada masa berikutnya perbuatan/prestasi
itu akan diulangi kembali atau bahkan menjadi lebih baik.
Kiat kedua adalah hukuman. Hukuman dipandang
berguna untuk mengurangi perilaku/prestasi
buruk. Dalam pembelajaran latihan motorik misalnya, orang akan bergiat
terus-menerus jika dari kegiatannya itu ia memperoleh insentif yang memuaskan.
c. Pendekatan proses kelompok
Menekankan pada
pembentukan kelompok yang erat (kohesif). Kelompok yang bekerja sama secara
erat akan menghasilkan nilai lebih. Kelompok bukan sekedar penjumlahan dari
individu-individu, tetapi kesatuan yang memiliki kekuatan. Pendekatan ini
ditunjang oleh psikologi massa khususnya dinamika kelompok.
Manfaat yang
diperoleh dari kegiatan kelompok adalah membina kerja sama di antara siswa
dalam menyesaikan permasalahan bersama. Dalam hal ini mereka saling melakukan
interaksi dan sekaligus saling mengenal lebih dekat mengenai kekuatan dan
kekurangan fotensi yang dimilikinya sehingga diharapkan saling mangisi, saling
membantu dan mentolelir antara yang satu dengan yang lainnya.
Pendekatan-pendekatan
ini dapat dipilih secara silih berganti sesuai keperluan; bisa jadi pula suatu
proses kegiatan menggunakan beberapa pendekatan. Maka kita katakan bahwa
pendekatan eklektik (gabungan) adalah cocok digunakan.
3.
Pendekatan dalam segi
proses belajar
a. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif).
Pendekatan CBSA didasarkan kepada prinsip-prinsip antara lain
(Preston, 1986):
-
peserta didik membutuhkan
setting belajar yang cocok
-
motivasi belajar yang terarah
kepada tujuan dapat meningkatkan efektivitas
belajar
-
belajar didukung oleh reinforcement
-
insight (pemahaman) diperoleh melalui discovery (penemuan oleh diri
sendiri)
-
peserta didik membuthkan
kesempatan untuk mempraktekkan dan mereview apa yang dipelajarinya.
Untuk mempelajari materi baru, diperlukan
adanya sejumlah pengalaman dasar melalui kegiatan membaca, observasi,
mendengarkan informasi lainnya. Dalam hal ini motivasi belajar sangat
diperlukan. Penguatan belajar melalui
ulangan dan latihan (resitasi, aplikasi, drill) akan memantapkan penguasaan
belajar
b.
Pendekatan Keterampilan
Proses
Pendekatan
keterampilan proses menekankan pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan
dan mengkomunikasikannya. Keterampilan meliputi makna yang luas, meliputi segi
fisik/perbuatan, psikis/mental dalam bentuk oleh fikir dan sikap--termasuk
kreativitas--, serta sosial budaya (pendayagunaan lingkungan), yang difungsikan
untuk mencapai hasil tertentu.
Guru dapat memberi stimulasi untuk
penciptaan model-model inovatif. Pendekatan yang sering dipakai biasanya pendekatan
Inspiratif, pendekatan analisis hasil karya dan pendekatan empatik
1) Pendekatan Inspiratif
Pelaksanaan pendidikan seni rupa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
harus memperhatikan dan mempettimbangkan
bahwa pendidikan seni sabagai wahana bermain yang bermuatan edukatif dan
membangun kreativitas. Jika kita menggunakan pendidikan seni sebagai sarana pendidikan, maka pendekatannya
pun harus sesuai dengan tujuan
penciptaaan seni, meskipun seninya tidak kita tempatkan sebagai tujuan
pendidikan. Pendekatan yang yang utama dalam pembelajaran pendidikan seni
rupa ialah pendekatan inspiratif.
Karya seni merupakan curahan emosi yang diberi bentuk yang indah dan
kreatif. Karya ini lahir dari keharuan, dari hari nurani yang paling dalam. Bagi
dunia anak, jenis pendekatan inspiratif ini diharapkan dapat menggugah keharuan anak untuk mencurahkan ekspresinya
ke dalam bentuk karya seni. Bentuk penggugah keharuan yang oleh Lansing disebut dengan istilah stimulation
dan cultural stimulation yang terdiri dari: Direct experience as
a form stimulation (pemberian rangsangan melalui pengalaman), Verbal
stimulation (perangsangan malalui cerita/dongeng), Art material as
stimulation (perangsangan melalui bahan), dan Audio-visual aids as
stimulation (perangsangan melalui media audio visual).
Upaya untuk melakukan stimulasi tesebut secara
praktis dapat di tinjau berdasarkan
secara klasikal dan individual serta dapat ditinjau pula berdasarkan rangkaian peristiwa atau kejadian yang
memancing kaharuan anak yang berlangsung secara rutin maupun insidental. Keterkaitan
anatara kedua bentuk di atas tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar
Stimulasi
perangsangan daya cipta
Berdasarkan
tabel di atas kita melihat adanya empat
kemungkinan gabungan antara keempat jenis stimulasi yang kadang-kadang disebut
sebagai pemancing kreativitas atau
perangsang daya cipta. Kemungkinan gabungan tersebut adalah:
(a) Stimulasi klasikal-rutin
(b) Stimulasi individual-rutin
(c) Stimulasi klasikal-insidental
(d) Stimulasi individual-rutin
Untuk memperjelas keempat stimulasi daya
cipta seni, berikut ini akan dipaparkan
secara singkat pengertian dan beberapa contohnya.
a.
Stimulasi klasikal-rutin
Jenis stimulasi ini paling memungkinkan
ditetapkan dalam penyusunan rencana pembelajaran di sekolah. Hal ini disebabkan
semua anak dalam satu kelas akan menghayati keadaann, kejadian, atau peristiwa
yang sama (yang dijadikan stimulasi). Kejadian atau peristiwanya dapat
diramalkan karena berlangsung rutin.
Acara sekolah yang sudah tercatat pada
kalender sekolah merupakan peristiwa
yang datangnya rutin dan bersifat klasikal. Begitupun hari-hari besar kenegaraan yang biasa
diperingati di sekolah, seperti Hari Pahlawan, Hari Pendidikan Nasional,
Proklamasi Kemerdekaan, Lebaran dan sebagainya merupakan sejumlah rencana pokok
bahasan yang berdasar pada stimulasi rutin.
Berikut ini contoh-contoh tema menggambar,
yaitu: “Pameran Kelas”, “Kenaikan Kelas”, “Merancang Gapura HUT RI”, “Lomba
Lukis Hardiknas”, “Membuat Kartu Lebaran”, dan sebagainya. Yang penting
bagaimana kita dapart mengkorelasikan
suatu peristiwa yang mengacu pada
GBPP. Pengolahannya tentunya tergantung dari keluwesan dan kreativitas guru
yang bersangkutan.
b. Stimulasi klasikal-insidental
Stimulasi ini dapat berasal dari kejadian-kejadian
yang terjadi secara insidental (sektu-waktu yang tidak diduga sebelumnya).
Contoh dari jenis stimulasi ini dapat berjudul: “Ketika Gempa”, “ Perkenalan
dengan Ibu Guru Baru”, “Perpisahan dengan Kepala Sekolah”, “Kawan Baru Kami”, “
Kelas Kami Jadi Juara Kebersihan dan Keindahan”, dan sebagainya. Judul-judul tersebut merupakan serangkaian peristiwa yang dialami
secara klasikal namun kejadiannya berlangsung secara insidental.
Dari kejadian ini dapat diambil bahan
inspirasi bagai kita dalam menstimulasi anak-anak untuk mencipta karya seni.
Dalam pelaksanaannya dapat berupa cerita, tarian, nayanyian atau bentuk lain
yang dapat membangkitkan inspirasi berkarya seni rupa.
c.
Stimulasi individual-rutin
Stimulasi individual rutin adalah pengalaman
atau peristiwa yang dialami anak secara perorangan. Pengalaman atau peristiwa itu datang secara rutin.
Contoh judul sebagai perangsang daya cipta pada jenis stimulasi ini
diantaranya: “Ulang Tahun”, “Pergi ke Sekolah”, “Kegiatan Sore Hari”, “Liburan Sekolah di Kampung Halaman”,
“Membantu Ibu di Rumah”, “Mengasuh Adik”, dan sebagainya. Masing-masing anak pernah mengalami hal yang sama,
namun pengalaman yang berbeda.
d. Stimulasi
individual-insidental
Stimulasi ini berguna untuk menggugah pengalaman perorangan yang
bersifat sewaktu-waktu. Contoh judul yang erat kaitannya dengan jenis
pendekatan ini diantaranya: “Ketika Aku Sakit Gigi”, “Aku Juara Kelas”, “Ayahku
Wafat”, “Adik Kecilku Lahir”, dan sebagainya. Jenis stimulasi ini dihubungkan
dengan terjadinya kesulitan pada individu tertentu yang tidak bisa distimulasi
secara klasikal. Disini peranan guru sangat penting dalam upaya
menumbuhkembangkan pribadi anak didik yang mandiri, memiliki kepercayaan diri
dalam mengatasi semua permasalahan belajar.
Dari kempat jenis stimulasi ini diharapkan
anak tidak lagi diajak untuk hanya ”Menggambar bebas…!” pada setiap saat
berhadapan dengan seni rupa. Kebebasan berkarya seni rupa akan mudah bila
diidahului oleh pengantar guru untuk mencoba memulai dan belajar berkarya seni
rupa.
2)
Pendekatan Analisis
Menurut
Purwatiningsih (1996: 11) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pendekatan ini berkaitan dengan
pembimbingan bahan penikmatan kerajinan/seni. Yang termasuk pendekatan jenis
ini adalah:
(a)
Pendekatan analisis induktif: merupakan
kegiatan perorangan dalam menganalisis karya kerajinan/seni yang artistik
berdasarkan penalaran, yang bergerak dari hal-hal khusus ke hal-hal umum.
(b)
Pendekatan Interaktif: adalah pendekatan
induktif yang dilakukan oleh kelompok dengan cara diskusi.
(c)
Pendekatan Deduktif: Merupakan kegiatan
perorangan dalam menganalisis karya seni berdasarkan dari prinsip-prinsip yang
umum ke yang khusus
3)
Pendekatan Empatik
Pendekatan ini
mengajak siswa untuk mengahati hal atau peristiwa berupa benda seni atau peristiwa
kesenian lainnya untuk ikut haru dan merasa dirinya masuk dan ikut serta (felling into) pada karya yang
dilihatnya.
3.
Pendekatan dipandang dari Aspek Sasaran
(Tujuan Akhir)
Pendekatan yang kini dipopulerkan adalah pendekatan kompetensi. Inti pandangannya
adalah tujuan akhir dari pembelajaran harus tercermin dari kompetensi lulusan.
Setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus
diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa.
Gagasan ini tampaknya didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini
pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan handal,
kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global masa depan.
Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah agak lama dikenal dalam sistem
pendidikan guru, yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar
Kompetensi). Dalam bidang seni, pendekatan kompetensi menjadi bahan pembahasan
dan disepakati sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia. Dengan demikian
untuk setiap jenjang pendidikan, perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus
dikembangkan. Misalnya, kompetensi untuk Sekolah Dasar (berdasarkan
sumber-sumber dokumen Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Seni di
Jakarta, April 2001).
LATIHAN
Untuk mengetahui
pemahaman Anda terhadap materi yang telah dipelajari, silahkan Anda mengejakan
latihan
1.
Menurut
pendapat Anda, apa yang dimaksud dengan pendekatan?
2.
Bagaimana hubungan antara pendekatan dan metode
pembelajaran?
3.
Jelaskan pendekatan umum yang dapat dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran seni rupa (dari aspek manajerial, psikologis, dan proses
belajar).
RANGKUMAN
Pemilihan metode dan pendekatan dalam proses pembelajaran ditetntukan oleh
tujuan dan jenis materi yang akan diajarkan. Selain itu faktor siswa juga
menjadi faktor yang menentukan dalam menggunakan suatu pendekatan dan metode
yang tepat agar proses pembelajaran tepat sasaran.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran seni rupa terdiri dari:
1. Pendekatan manajerial, yaitu: a. pendekatan otoritatif, b. pendekatan
permisif, dan c. pendekatan demokratis dapat dipilih untuk disesuaikan dengan
kebutuhan belajar; 2. Pendekatan dari aspek psikologis dikenal: a.
pendekatan iklim sosio emosional, b. pendekatan pengubahan tingkah laku, dan c.
pendekatan proses kelompok; 3. Pendekatan dalam segi proses belajar, yang
termasuk pendekatan ini adalah Pendekatan CBSA, Pendekatan Keterampilan proses
(inspiratif, analisis dan empatik), dan pendekatan kompetensi.
TES FORMATIF 1
1. Untuk meningkatkan kedisiplinan anak
dalam kelas, pendekatan yang cocok adalah…
a.
Otoritatif
b.
Permisif
c.
Demokratis
d.
Inspiratif
2. Bu
Imas memberikan hadiah kepada siswa yang karyanya termasuk karya paporit
pada acara pameran sekolah. Tidakan guru tersebut merupakan bentuk pendekatan…
a.
sosio emosional
b.
proses kelompok
c.
pribadi
d.
perubahan tingkah laku
3.
Pendekatan yang dilakukan oleh guru dengan memberikan peluang yang sangat
terbuka merupakan implementasi dari pendekatan….
a.
Otoritatif
b.
Permisif
c.
Demokratis
d.
Inspiratif
4. Model penekatan yang
mengutamakan penyediaan iklim belajar yang kondusif, menerima peserta didik
sebgaimana adanya serta saling menghargai adanya perbedaan individual. Jenis
Pendekatan tersebut adalah….
a.
Iklim sosio emosional
b.
Demokratis
c.
Perubahan tingkah laku
d.
Pendekatn proses kelompok
5. Pa Iwan, seorang guru
kelas 5 di Sekolah Dasar, mengajak anak untuk membuat kaya gambar ekspresi
melalui kegiatan bercerita, sehinggga para siswa mampu menggambarkan isi cerita
tersebut dalam bentuk gambar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru
tersebut menggunakan pendekatan….
a. inspirasi
b. demokrasi
c. CBSA
d. permisif
6. Bentuk
perangsangan daya cipta menurut Lansing dapat berbentuk…, kecuali
a.
praktek
b.
Cerita
c.
material
d.
audio-visual
7. Peristiwa gempa bumi
dapat diangkat menjadi materi pembelajaran yang menarik, guru bisa melakukan
pendekatan inspiratif dengan menggunakan perangsang daya cipta…
a. klasikal-rutin
b. individual-rutin
c. klasikal-insidental
d. klasikal-insidental
8. Kegiatan “17
Agustusan” dapat menjadi tema dalam menggambar ilustrasi. Jenis pendekatan perangsangan daya cipta tersebut
adalah …
a.
klasikal-rutin
b.
individual-rutin
c.
klasikal-rutin
d.
klasikal-insidental
9. Pendekatan otoritatif yang tepat digunakan pada kegiatan
pembelajaran….
a.
Menggambar
ekspresi bebas
b.
Memotong
bahan anyaman
c.
Kegiatan
membentuk/membutsir
d.
Membuat
makrame
10. Yang dimaksud
dengan pendekatan inspiratif adalah pendekatan yang ….
a.
memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk mencari inspirasi
b.
menjelaskan
apa yang dimaksud dengan inspirasi dalam berkarya seni
c.
memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk menanti inspirasi
d.
memancing
inspirasi anak untuk menciptakan karya seni
e. memberi kesempatan kepada
anak untuk mengeluarkan pendapat
0 komentar:
Posting Komentar